Registratie kolonisten bij de douane in Lampung, 1935 / Diana Dien - Pinterest⬈
 
 

Sejarah

Bea Cukai sudah ada di Lampung bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Douane in Lampung, namanya saat itu, merupakan pusat pengawasan arus lalu lintas barang dari wilayah Selatan Sumatera, tidak hanya dari dan tujuan internasional tetapi juga antar pulau.

Kantor douane saat itu berada di pelabuhan Oesthaven di wilayah Onder Afdeling Telokbetong. Sebuah pelabuhan kecil ramai disinggahi kapal-kapal dan perahu layar yang mengangkut berbagai hasil perikanan dan perkebunan. Pemerintah Hindia Belanda pada abad ke XVII mengembangkan pelabuhan Oesthaven karena sempat menjadi jalur utama distribusi barang dari dan menuju Palembang. Pelabuhan ini juga menjadi jalur masuk tentara Inggris dan Jepang ke wilayah Selatan Sumatera dari Batavia saat Perang Dunia II.

Setelah kemerdekaan, kantor Djawatan Bea dan Tjukai Lampung menjadi salah satu yang tersibuk di Sumatera karena kegiatan arus lalu lintas barang dan penumpang terpusat di Pelabuhan Panjang. Termasuk embarkasi laut utama perjalanan haji dan perjalanan internasional dari wilayah Lampung, Palembang, dan Bengkulu.

Seiring meningkatnya perekonomian di wilayah Selatan Sumatera, kegiatan di Pelabuhan Panjang terbagi ke beberapa pelabuhan lainnya, seperti Bakauheni untuk arus penumpang, serta Palembang dan Merak untuk arus barang. Bea Cukai Bandar Lampung tetap menyelenggarakan layanan kepabeanan di Pelabuhan Panjang untuk para pelaku usaha di wilayah Provinsi Lampung, khususnya ekspor berbagai komoditas, seperti kopi dan produk olahan kelapa sawit.